DETIK TRAVEL: Pembelajaran dari Laut di Bali yang Tercemar Sampah

DETIK TRAVEL. Nusa Penida – Video sampah di Perairan Nusa Penida menjadi pukulan bagi Indonesia. Supaya tidak lagi kotor, ini yang harus sama-sama kita perhatikan! Nusa Penida yang cantik terekam penuh sampah beberapa waktu lalu. Sudah kembali bersih karena adanya pergerakan laut, jangan membuat kita luput untuk belajar dari pencemaran ini. Sampah di laut adalah hasil anthropogenik. Ikan dan makhluk hidup laut tentunya tidak nyampah seperti manusia.

Nah, sumber sampah terbesar adalah dari daratan, yang kedua mungkin dari kapal. Sampah dari daratan ini juga ada yang sengaja maupun yang tidak disengaja,” ujar Dr Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi pada Pusat Riset Kelautan KKP, kepada detikTravel, Senin (12/3/2018).

Sampah yang tak disengaja manakala Musim Penghujan yang intensitasnya tinggi dari Desember hingga Februari, berpotensi banjir, dan menggelontorkan berbagai material dari daratan termasuk sampah-sampah ke daerah aliran sungai yang kemudian terbawa ke laut. Sedangkan terkait dengan sumbernya, sampah dapat diangkut dari sumber terdekat maupun sumber yang jauh. “Terkait hal ini, Indonesia perlu mengajak negara-negara anggota APEC untuk bersinergi mengkaji sampah laut dan menanganinya secara bersama,” ujar Widodo.

Negara-negara kepulauan di kawasan Pasifik, yang mempunyai banyak pulau-pulau kecil tentunya seperti di Indonesia memerlukan strategi aksi penanganan sampah. Sehingga apabila suatu kawasan wisata pulau-pulau kecil ingin digenjot potensi wisatawannya maka perlu dikaji pula daya dukung dan daya tampung sampahnya, terutama sampah non organik. “Karena bila tidak maka sampah-sampah tersebut bakalan dibuang ke laut. Sehingga perlu disiapkan teknologi pengolah sampah sampah non-organik namun ramah lingkungan dan energi,” jelas Widodo. “Jadi sepertinya sepele soal sampah di laut, namun sebenarnya ini butuh kerja besar dari semua elemen pemerintah dan masyarakat,” tambahnya.

Hal ini sebaiknya juga jadikan bahan pembelajaran. Kementerian Pariwisata, bisa menggandeng Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam memantau sampah laut. “Misal dengan memasang kamera pengawas pantai, atau memasang radar pantai yang bisa memantau adanya sampah-sampah (debris) yang mengapung di perairan pesisir,” gagas Widodo.

Selain itu, nampaknya kawasan pesisir perlu suatu sistem tentang bagaimana menanggulangi sampah laut yang mengganggu kawasan-kawasan wisata bahari/pantai. “Dalam hal ini memang perlu partisipasi dari masyarakat dalam observasi kemunculan sampah-sampah tersebut. Dicatat tanggal hingga jam nya, dan juga foto serta koordinat lokasi, bila memungkinkan,” cetus Widodo.

Informasi-informasi tersebut akan sangat membantu dalam investigasi angkutan sampah dan perkiraan sumbernya menjadi lebih valid. Sedangkan dari diri kita sendiri, ayo biasakan tidak membuang sampah sembarangan ya. Sayangi lingkungan dan laut kita bersama. (wsw/aff).