DetikTravel News: Bagaimana Bisa Ada Sampah di Palung Terdalam Bumi?

| DetikTravel News | Kamis, 23 Mei 2019 02:35 WIB | Bona |

Jakarta – Penemuan sampah di palung terdalam dunia membuat heboh dunia. Lantas, bagaimana sampah bisa sampai Palung Mariana?

Beberapa waktu lalu, sebuah penelitian dilakukan di Palung Mariana oleh Five Deep Expedition. Menyelam sampai kedalaman sekitar 10.000 km, ekspedisi ini mendapatkan sesuatu yang mengejutkan. Di bawah sana peneliti menemukan sebuah sampah plastik dan bungkus permen. Hal yang mungkin jadi pertanyaan, bagaimana sampah tersebut bisa sampai ke palung terdalam dunia?

Dr. Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi pada Pusat Riset Kelautan KKP, memberikan penjelasan tentang perjalanan sampah ke Palung Mariana kepada detikcom, Rabu (22/5/2019).

Sumber Asli: Chen et al. (2017) & Five Deeps Expedition

“Bila dilihat di gambar peta tersebut, sumber sampah plastik terdekat adalah dari kawasan Jepang. Tetapi jangan lupa bahwa Palung Mariana lebih dekat ke Pulau Guam,” jelas Widodo. Namun tidak bisa juga kita menuduh bahwa sampah plastik di dasar Palung Mariana tersebut berasal dari Jepang atau Guam. Untuk membantu penjelasan tersebut, ada sebuah peta yang menggambarkan pergerakan arus di seluruh dunia.

Sumber Asli: Arnold Gordon & Tim Ekspedisi INStAnT 2003-2007

“Warna ungu adalah arus di bagian dalam. Terlihat bahwa di sekitaran lokasi dasar palung Mariana kemungkinan besar dilewati arus dalam (deep current) dari arah tenggara,” ujar Widodo. Arus dari arah tenggara ini berasal dari Antartika. Antartika dianggap mustahil sebagai sumber sampah plastik. “Maka kemungkinan terdekat adalah sampah plastik berasal dari benua Amerika,” ungkap Widodo.

Sampah yang terbawa arus permukaan (Upper level Current) ke arah barat laut kemudian menerus ke Samudera Atlantik Utara lalu oleh Atlantic Meridional Overturning Current (AMOC). AMOC adalah aliran arus laut dari area tropis yang lebih hangat ke utara. Sampah plastik tersebut kemudian dibelokkan menuju ke lapisan bawah laut yang terbawa menuju ke timur hingga melewati Southern Ocean di Selatan Samudera Hindia. Sampah terus bergerak ke arah timur hingga di selatan New Zealand lalu berbelok ke barat laut menuju palung Mariana.

“Bila demikian skenarionya maka sampah plastik tersebut mengalami waktu yang sangat lama. Estimasi kasar sekitar 45 ribu kilometer dengan kecepatan arus rata-rata 10 cm per detik. Maka sampah plastik tersebut menempuh waktu sekitar 14-15 tahunan untuk sampai di Palung Mariana,” terang Widodo.

Skenario lain adalah sampah plastik tersebut berasal dari Samudera Pasifik yang tenggelam karena mekanisme tertentu. Dugaan-dugaan tersebut hanya bisa dibuktikan lebih lanjut bila sampah plastik di Palung Mariana diangkat ke darat lalu dibawa ke Lab radionuklida. Nantinya sampah tersebut akan dihitung umurnya. Sehingga kita bisa memperkirakan sumber asalnya dengan lebih akurat. “Namun sayang riset ini pasti biayanya sangatlah mahal,” tutup Widodo.

(bnl/aff)