EWI 2004: Mengukur Kesuburan Laut

Berita ini dimuat di Koran Tempo 29 Mei 2004
Bukan tanah saja yang punya ukuran kesuburan, air laut juga. Kamis (26/5), peneliti ekspedisi Wallacea mengukur kesuburan air laut perairan Pulau Bonerate. “Kalau subur biasanya biota seperti ikan dan makhluk air lainnya jadi banyak,” ujar ketua tim Widodo Setiyo Pranowo di Kapal Phinisi Cinta Laut.

Sepertinya, peribahasa ada gula ada semut berlaku juga di laut. Pengukurnya bernama CTD Froafiler. Beratnya 50 kilogram, tingginya satu meter, dan tampak cukup canggih. Alat setinggi satu meter ini dipasang pada kerangka khusus dengan tali baja, dan memiliki 6 botol pengambil sampel air. Proses mengambil contoh air dilakukan dari atas dek Cinta Laut. Peneliti mengoperasikanya dengan pengontrol, dari jauh. Mereka tinggal menekan tombol up untuk dinaikkan atau down untuk diturunkan. Tentu saja ada tahap persiapan sebelum CTD dioperasikan. Misalnya, ada setting konfigurasi melalui laptop yang dihubungkan dengan kabel komunikasi ke CTD. Selesai itu, CTD siap dimasukkan ke dalam laut.

“Oke, semua siap,” Widodo berseru. Byur… CTD menyentuh permukaan laut, terus menyelam perlahan-lahan melewati kedalaman 2, 5, 10, 15, 20, dan 25 meter. Tombol up kemudian ditekan. CTD kemudian diangkat. Setelah berada di atas dek, peneliti membuka keran kecil dibotol-botol CTD. Tiap botol mempunyai kapasitas menyimpan air hingga 1,6 liter. Air dari botol CTD dimasukkan ke dalam botol kecil putih berkapasitas 50 mililiter. Tiap botol kecil diberi tanda kedalaman dan koordinat tempat pengambilan. Botol-botol itu kemudian akan dianalisis di laboratorium. Di mana? “Air akan dianalisis di Laboratorium Kimia Laut Universitas Hassanuddin (Unhas) dan Laboratorium Kimia Laut Badan Riset Kelautan Perikanan (BRKP) Jakarta,” kata Widodo.

Widodo mengatakan, hasil pengumpulan TCD akan digunakan untuk masukan koreksi pada analisis pengukuran batimetri (petakasar laut) yang dilakukan Rabu (26/5). Selain itu, pengukuran CTD akan digunakan untuk menganalisis massa air di Selat Bonerate. “Ini untuk melihat fenomena fisik perairan. Nantinya akan digunakan untuk menganalisis lebih lanjut fenomena arus yang disebabkan oleh perbedaan densitas (massa jenis) air laut,” ujar Widodo. Selain itu, air yang dibawa akan jadi petunjuk apakah perairan Selat Bonerate dipengaruhi arus lintas Indonesia yang mengalir dari Samudra Pasifik menuju Samudra Indonesia. “Yang kebetulan pintu masuknya lewat Selat Makassar dan Selat Lifamatola,” ujar Widodo.

Contoh air itu juga akan memberikan informasi kandungan gizi air laut di wilayah tersebut. Yang diukur, misalnya, nitrat, fosfat, kandungan klorofilnya, hingga tingkat kesuburan di Selat Bonerate diketahui. Cinta Laut pada misi ini mengambil air di tiga titik pengambilan contoh di Selat Bonerate.
Kami sepertinya sudah punya tradisi baru sekarang. Sesudah pekerjaan selesai, seperti yang sebelumnya kami lakukan, kami menceburkan diri ke dalam laut. Entah kapan kami akan menghilangkan kebiasaan itu–bermain-main dengan ikan dan terumbu karang yang beraneka warna terlalu menyenangkan.