ANTARA Bali.COM: Paceklik Ikan Lemuru Diprediksi Hingga 2017

Dr. Widodo Pranowo, memberikan sambutan pembukaan pada acara Workshop Sosialisasi Penerapan Ocean Health Index (OHI) di Bali. Berlangsung di Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL), Jembrana, 28 September 2016.
Dr. Widodo Pranowo, memberikan sambutan pembukaan pada acara Workshop Sosialisasi Penerapan Ocean Health Index (OHI) di Bali. Berlangsung di Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL), Jembrana, 28 September 2016. (FOTO: BPOL)
| 408 Views via ANTARA BALI.COM
Negara (Antara Bali) – Paceklik ikan jenis lemuru, yang merupakan habitat endemi di Selat Bali, diperkirakan akan berlangsung hingga bulan Maret 2017 akibat cuaca La Nina. Hal itu terungkap saat sosialisasi penerapan Ocean Health Index (OHI) atau Kesehatan Laut, yang diselenggarakan Balai Penelitian Dan Observasi Laut (Seacorm) di Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Rabu.
“Melihat data dari penangkapan lemuru beberapa tahun terakhir, kami analisa, saat terjadi El Nino hasil tangkap nelayan justru meningkat, sementara saat La Nina cenderung menurun atau bahkan ikan jenis itu menghilang dari Selat Bali,” kata Widodo S. Pranowo, dari Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Laut Dan Pesisir. Ia mengatakan, seberapa besar dampak La Nina terhadap hasil tangkap nelayan, tergantung kekuatan anomali cuaca tersebut, yang diperkirakan mencapai puncaknya pada bulan Oktober hingga November. Menurutnya, apa yang terjadi di Selat Bali terkait keberadaan ikan lemuru, juga terjadi di wilayah lainnya, sehingga ada kecenderungan nelayan penangkap ikan tuna mengarah ke sisi selatan samudera. “Logikanya, kapal-kapal penangkap tuna pasti mencari keberadaan ikan tersebut. Kapal-kapal itu saat ini mengarah ke sisi selatan samudera, yang kemungkinan besar ikan jenis tuna berada di sana,” ujarnya.

Sementara Kepala Balai Penelitian Dan Observasi Laut (Seacorm) Nyoman Radiarta mengatakan, pergerakan ikan sangat dipengaruhi perubahan iklim, sehingga menjadi tantangan bagi pihaknya untuk memberikan peta posisi ikan yang valid. Ia mengatakan, akibat perubahan iklim, ada di satu daerah yang ikan endeminya menghilang, namun muncul ikan jenis lain yang tidak ada sebelumnya. “Informasi yang saya peroleh, di perairan Parigi muncul jenis ikan tuna yang tidak ada sebelumnya. Sementara di Selat Bali, ikan lemuru yang habitatnya disini justru menghilang,” katanya. Sudah sekitar empat bulan terakhir, nelayan di Kabupaten Jembrana yang menangkap ikan jenis lemuru mengalami paceklik, sehingga Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara yang biasanya ramai menjadi sepi.
Beberapa nelayan yang ditemui mengatakan, saat berada di tengah laut, mereka sering diterpa badai sehingga tidak bisa menurunkan jaringnya, atau memilih untuk kembali pulang karena berbahaya. Nelayan penangkap lemuru di Kabupaten Jembrana, menggunakan perahu tradisional yang disebut selerek, dan berangkat berpasangan dengan satu perahu untuk mengangkut jaring dan satu perahu lainnya untuk mengangkut hasil tangkapan. (GBI)

Editor: Gismadi |COPYRIGHT © ANTARA 2016.

Sumber: ANTARA BALI.COM