Selamat Mudik Lebaran 2016

KOMPAS Cetak, Minggu, 03 Juli 2016

Cuaca & Iklim

LA NINA TIBA, BERBAGAI SEKTOR WASPADA

Jakarta, KOMPAS – La Nina telah tiba dan diperkirakan memuncak September dan Oktober 2016. Selain berdampak kepada pertanian dan perikanan, anomali cuaca itu mempertinggi intensitas bencana cuaca dan iklim. Pemudik diharap berhati-hati akan potensi banjir dan longsor.

“Antisipasi La Nina, kami bentuk tim khusus dari berbagai lembaga dan kementerian. Bekerja setelah lebaran”, kata Asisten Deputi Lingkungan dan Bencana Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman Sahat M. Panggabean, Jumat (01/07), di Jakarta.

Kepala Badan Litbang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Edvin Aldrian mengatakan, dampak La Nina atau kemarau basah telah terjadi yang diindikasikan hujan lebat selama Juni. ” La Nina-nya sendiri belum terbentuk di Samudera Pasifik, tapi dampaknya di Indonesia 3 (tiga) bulan lebih awal”, ujarnya.

Terkait hujan ekstrem, banjir terjadi lagi. Kali ini melanda Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, akibatnya meluapnyasejumlah sungai. Jalan Surabaya – Probolinggo putus. “Jalan terendam 1 meter selama 14 jam. Banjir merendam ribuan rumah dan sawah. Setidaknya 52.743 orang terdampak”, kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho.

Hujan deras juga menyebabkan tanggul lumpur Lapindo jebol di titik 67, Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Kamis (30/06). Saat ini kerusakan tanggul sudah diatasi.

Puncak La Nina akan terjadi Desember. Namun, dampak terkuat di Indonesia pada September – Oktober. Saat ini diperkirakan banyak hujan ekstrem.

Fenomena kemarau basah, kata Edvin, pasti berdampak pada sektor kokoditas, terutama pertanian dan perikanan, selain risiko bencana hidrometeorologi.

Sektor Terdampak

Sebelumnya, dalam diskusi terbatas di Kementerian Koordinator Kemaritiman, Arief Budi Purwanto dari Institut Pertanian Bogor mengatakan, tanaman perkebunan disinyalir akan terdampak La Nina, diantaranya tebu. Tanaman padi relatif aman, tetapi bisa terdampak jika kontur geografis lahannya menyebabkan genangan lama

Peneliti oseanografi Badan Litbang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Widodo Pranowo, mengatakan, dampak terutama bakal dirasakan oleh para petani garam, seperti tahun 2010. Saat iti, produksi garam hanya 10 (sepuluh) persrn dari target nasional.

Widodo menambahkan, secara umum diperkirakan tidak banyak berpengaruh pada biota laut. Namun, yang perlu diwaspadai adalah kondisi angin kencang yang menyebabkan gelombang tinggi.

Penangkapan ikan lemuru dikhawatirkan menurun hingga awal 2017. Ikan-ikan itu kemungkinan berpindah ke lapisan massa air yang lebih dalam. (AIK).