WARTAKOTA.TRIBUNNEWS.COM: Waspadai Rob Yang Lebih Tinggi

Warta Kota Tribun News / Home / News / Nasional

Rabu, 31 Januari 2018

Editor: Hertanto Soebijoto

Warta Kota Tribun News | 31 Januari 2018

WARTA KOTA, PALMERAH – Super blue blood moon tidak hanya indah namun juga menimbulkan kondisi lain. Ahli kelautan Dr Ing Widodo S Pranowo mengatakan, sebetulnya fenomena supermoon ini adalah fenomena biasa, di mana posisi bumi diapit oleh matahari dan bulan secara garis lurus. Fenomena ini memberikan gaya gravitasi terhadap permukaan air laut. Tarik menarik permukaan air laut ini akan menyebabkan naiknya permukaan air laut.

Ketika terjadi bulan purnama juga terjadi naiknya permukaaan air laut. Namun saat supermoon, kenaikan permukaan laut menjadi lebih besar karena gaya gravitasi bulan lebih kuat. “Walaupun tidak ada supermoon, permukaan air laut sudah pasang. Ketika supermoon, gaya tarik bulan lebih besar. Kekhawatiran terbesar adalah rob yang lebih tinggi,” ujar Widodo yang dihubungi Warta Kota, Selasa (30/1).

Kenaikan rob ini lebih besar lagi terutama di pantai utara Pulau Jawa dan Jakarta, karena ada fenomena landsubsidence atau menurunnya muka tanah. Adanya hujan juga akan menambah tingginya kenaikan rob. Hujan akan menambah volume air laut, sementara di laut terjadi pasang. Terkait dengan ikan, Widodo mengaku dari riset yang ada, tidak ada hubungannya dengan gerhana. Yang ada hubungannya adalah dengan terumbu karang. Beberapa terumbu karang mengeluarkan telur pada saat bulan purnama. Kalau telurnya terbawa arus dan menempel, akan tumbuh menjadi terumbu karang baru.

Gempa

Sementara ahli astronomi Prof Dr Harsono Soepardjo mengatakan fenomena supermoon akan menimbulkan gejala alam lain. Selain rob, bisa juga terjadi gempa terutama di beberapa daerah yang tepat terlintas khatulistiwa. Namun hal itu bukan hal yang pasti, hanya bisa saja terjadi kemungkinan tersebut. Ia mengatakan, fenomena ini merupakan hal yang biasa. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan terjadinya ini. Justru masyarakat bisa menikmati keindahan yang dihasilkan bulan tersebut.

Transportasi terganggu

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, posisi bumi yang berada segaris dengan matahari dan bulan mengakibatkan gravitasi bulan dan matahari terintegrasi. Akibatnya, pasang air laut menjadi maksimal. “Pasang air laut mencapai 1,5 meter, meski juga dapat terjadi air laut surut 100 sampai 110 sentimeter pada tanggal 30 Januari hingga 1 Februari 2018,” kata Dwikorita di kompleks gedung BMKG, Jakarta, Senin (29/1/2018).

Perubahan muka air laut tersebut akan terjadi di sejumlah tempat, antara lain di Sumatera Utara, Sumatera Barat, selatan Lampung, utara Jakarta, utara Jawa Tengah, utara Jawa Timur, dan Kalimantan Barat. “Kami minta untuk diwaspadai karena fenomena super blue blood moon dapat mengganggu transportasi akibat adanya rob atau pasang maksimum, dan juga dapat mengganggu aktivitas petani garam, perikanan darat, serta kegiatan bongkar muat di pelabuhan,” ujar Dwikorita.

Selain itu, perkiraan cuaca BMKG juga mendapati adanya potensi hujan sedang hingga lebat sejak Senin (29/1) hingga Sabtu (3/2) di 21 provinsi di Indonesia. Hal ini terjadi karena selisih tekanan udara antara daratan Asia dan Australia. (lis/Kompas.com)

Berita selengkapnya baca koran Warta Kota edisi Rabu, 31 Januari 2018.