EWI 2004: Badai dan Lili Laut

Berita ini dimuat di Koran Tempo 4 Juni 2004
Sudah hampir sepekan angin barat menghadang. Perahu tim ekspedisi Wallacea, Phinisi Cinta Laut, yang kami tumpangi makin tambah bergoyang. Maklum, ombak dan arus laut semakin kencang ditambah cuaca yang kerap membawa air hujan. Tak jarang dari arah cakrawala petir menyambar-nyambar ke permukaan laut.

Sialnya, cuaca buruk seperti ini malah masuk sesi penelitian yang membutuhkan aktivitas penyelaman. Peneliti ekspedisi Wallacea dari kapal Phinisi harus melakukan pendataan karang. Lokasi yang dipilih adalah Pulau Teterang, Sulawesi Selatan. Penyelaman hari pertama dilakukan pada Sabtu, 29 Mei lalu. Waktu pada jam kapal menunjukkan pukul 10.00 Wita, nakhoda memerintahkan anak buah kapal menurunkan jangkar. Kapal parkir tak jauh dari bibir pulau.

Cuaca mempersempit ruang gerak. Akibat angin barat yang berkepanjangan, arus air di sekitar pulau berputar-putar tak keruan. Melihat gejala alam yang tak beres, nakhoda menarik ucapan. Jangkar harus diangkat. Kini kami dibawa ke arah utara pulau. Kondisi air relatif tenang dari sebelumnya.

Tak lama seorang mahasiswa bergegas masuk ke dalam lautan. Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Muslimin Indonesia Makassar, Andi Muzakir. Ia diperintahkan ketua tim, Widodo Setyo Pranowo, untuk melakukan snorkeling. Andi berenang untuk melihat rataan terumbu karang yang cocok untuk penelitian. Dari pantauan langsung Tempo, jarak antara Pulau Teterang dan ujung karang yang landai cukup pendek.

Lepas dari karang yang landai, lalu medan menukik terjal hingga kedalaman puluhan meter ke bawah. Kondisi keduanya sama-sama memiliki kekayaan koral yang luar biasa. Banyak koral keras dan lunak yang beraneka warna. Tak mau ketinggalan keberadaan sponge–sejenis hewan laut yang tak bertulang belakang.

Jam menunjukkan pukul 10.34 Wita, Andi dan Widodo mulai melakukan transect (pendataan karang) di lokasi tadi. “Dengan menggunakan metode LIT (Line Intercept Transect) dan metode identifikasi karang life form,” kata Widodo. Secara umum hasil pengamatan Widodo dan Andi terhadap kondisi terumbu karang dalam kondisi menengah hingga baik. Yang menarik, soft coral atau karang lunak mendominasi keberadaan terumbu karang di Pulau Teterang.

Keunikan lainnya tebing bawah air di perairan Terterang mempunyai banyak gua dan cerukan. Gua yang bercahaya terang itu dipenuhi sponge yang beraneka warna. Lalu, terlihat juga karang dari jenis miillepora yang sempat menyengat lengan Widodo yang mengaku merasakan panas menyengat. Data penyelaman yang dilakukan peneliti ini nantinya bisa dimanfaatkan untuk keperluan farmakologi (ilmu bahan obat-obatan) hingga dunia pariwisata.

Keindahan laut di perairan Pulau Bonerate ini bisa membuat Anda lupa diri. Contohnya, ketika kaki penulis dicium lili laut sejenis biota laut yang berbisa. Meski panas rasanya, penulis tetap melakukan aktivitas menyelam bersama anggota kapal Phinisi Cinta Laut yang lain, seperti dive master Edy Prasetyo dan Eko Triarso. Setelah selesai menyelam,rencananya kami akan bertolak ke Pulau Kakabia. Kabarnya, pulau seluas 500 meter persegi itu hanya dihuni spesies burung. Benarkah? Akan kami buktikan Rabu ini.