Widodo Setiyo Pranowo, menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di kota kelahirannya Purwokerto. Mengenyam pendidikan di Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan Universitas Diponegoro Semarang (1993-1998) dan di Jurusan Geofisika dan Meteorologi Institut Teknologi Bandung (1999-2002). Bergabung di Kementerian Kelautan dan Perikanan di awal tahun 2003, pada Pusat Riset Wilayah Laut dan Sumber Daya Non-Hayati (PRWILNON) dibawah Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP). Kemudian pada tahun 2022, Widodo beralih tugas ke Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sebagai Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir.
Melalui program German-Indonesia Tsunami Early Warning System (GITEWS), gelar Doktor di bidang Tekno-Matematika diraihnya pada tahun 2010 dari Universitas Bremen dan Alfred Wegener Institute for Polar and Marine Research, Jerman. Awal debutnya sebagai menjadi Peneliti (Ahli Madya) bidang Oseanografi dimulainya pada tahun 2011 di Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan, tepatnya di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir (P3SDLP).
Widodo menginisiasi berdirinya Laboratorium Data Laut dan Pesisir (Marine & Coastal Data Laboratory, MCDL) pada tahun 2012. Namun penelitiannya bidang oseanografi pesisir baru intensif sejak 2013/2014. Jakarta Giant Sea Wall dan reklamasi menjadi topik yang diusulkannya di Konsorsium Riset Internasional World Harbour Project.
Pada tahun 2003 menjadi pengajar tamu pada mata kuliah Kapita Selekta di Jurusan Teknik Hidro-Oseanografi Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL), yang kemudian secara lebih intensif mengajar sejak awal 2014, dan kemudian pada tahun 2016 diangkat menjadi dosen tetap. Pada 2016 dan 2017 diundang mengajar di Sekolah Komando dan Staf (SESKO) TNI. Pengalaman mengajar Hidro-Oseanografi pada Pendidikan Spesialis Perwira Hidro-Oseanografi di Pusat Pendidikan Hidro-Oseanogragi (Pusdikhidros) TNI-AL diawalinya sejak 2017 hingga sekarang. Pengalaman mengajar di SESKO TNI-AL dijalani sejak awal 2019 mengajarkan mata kuliah riset operasi (militer) dan metodologi penulisan karya tulis ilmiah. Pada 2019, Widodo diundang pula sebagai salai satu trainer pada pelatihan survei batimetri perairan pedalaman untuk para fungsional surveyor pertama di Pusat Hidro-Oseanografi (Pushidros) TNI-AL. Pada tahun 2021, Akademi Angkatan Laut (AAL) mengundang Widodo sebagai salah satu pengajar pada Workshop Penguatan Standar Mutu AAL: Metode Kualitatif, Kuantitatif Model SEM (Structural Equation Modeling) dan Mixed Method. Kemudian sejak tahun 2022, Widodo aktif mengajar di Program Magister (S2) Hidro-Oseanografi, Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL).
Pengalaman di bidang penelitian oseanografi antara lain: terlibat erat di program penelitian Arus Lintas Indonesia “International Nusantara Stratification and Transport” (INSTANT) 2003-2006; Melakukan instalasi dan penglepasan Argo Float di Samudera Hindia Tenggara bekerjasama dengan CSIRO Australia (2004-2005); Menjadi Chief Scientist pada Leg 1 Ekspedisi Wallacea Indonesia (EWI) 2004 dengan rute Makassar – Bonerate – Kakabia – Bau-Bau menggunakan Kapal Riset Phinisi Cinta Laut; Kembali menjadi Chief Scientist dari Ekspedisi Wallacea Indonesia (EWI) 2005 untuk eksplorasi sumberdaya laut dan pesisir Radja Ampat Papua; Menjadi koordinator kerjasama Indonesia – China untuk penelitian “Monsoon Onset Monitoring and Its Social and Ecosystem Impacts” (MOMSEI) 2013-2014; Koordinator Topik Climate Change and The Ocean (CISKA) pada kerjasama Indonesia – Jerman Science for Protection Indonesia Marine-Coastal Ecosystems (SPICE) III 2012-2013, yang kemudian sejak akhir 2014 berubah nama menjadi Science for Marine Ecosystem and Fisheries (SIMEF) dimana Widodo ditunjuk sebagai Program Koordinatornya. Pada 2014-2017, Widodo ditunjuk menjadi Koordinator End-User of Satellite Application for Oil Spill Monitoring pada program kerjasama Indonesia – Perancis “Indonesia Infrastructure Development for Space Oceanography” (INDESO). Adapun kasus tumpahan minyak yang pernah turut ditanganinya: bocornya MT. Lucky Lady di Cilacap (2004), meledaknya Sumur Minyak Montara pada 2009 yang berdampak ke Perairan Pulau Rote dan sekitarnya (2010-2012; riset dilanjutkan kembali 2016-2017); bocornya MT. Alyarmouk akibat tabrakan dengan MV. Sinar Kapuas di Selat Singapura (2015); kasus tumpahan minyak di Teluk Balikpapan (2018); kasus tumpahan minyak di perairan pesisir Kerawang (2019).
Pada 2017, Widodo diundang oleh pemerintah Republik Korea Selatan untuk bergabung sebagai anggota “Indonesia – Korea Advisory Group on Science, Technology & Innovation“. Kemudian sejak 2021, Widodo diangkat menjadi anggota “Advisory Board for Korea – Indonesia of Marine Technology Cooperation Research Center” (MTCRC). Pada 2017 sempat pula, Widodo dikukuhkan sebagai Sekretaris Dewan Hidrografi Indonesia (DHI). Widodo menjadi anggota Dewan Pakar Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO) periode 2018-2021 dan juga periode 2021-2026. Pada 2019, Widodo turut dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta (Prof. Anies Baswedan, M.Sc, Ph.D) bersama 36 pakar lainnya menjadi anggota Dewan Riset Daerah DKI Jakarta periode 2018-2022. Kemudian, Widodo didaulat sebagai anggota Dewan Pakar Ikatan Alumni Program Habibe (IABIE) untuk periode 2019 -2024. Pada akhir 2021, Widodo diundang sebagai “visiting professor” di FPIK Universitas Brawijaya Malang untuk mengajar tentang pemodelan hidrodinamika dan transpor berikut aplikasinya untuk bidang kelautan dan perikanan.
Widodo juga aktif sebagai editor dan mitra bestari di beberapa jurnal nasional baik yang terakreditasi dan belum dan jurnal internasional. Pengalaman Widodo dalam membimbing riset untuk tugas akhir sarjana, magister, doktoral dibuktikan dengan sejumlah mahasiswa bimbingannya dari berbagai universitas. Beberapa kali Widodo juga diundang sebagai penguji sidang doktoral.