| DetikTravel News | Rabu, 10 April 2019 08:20 WIB | Bona |
Jakarta – Seekor ikan pari viral di Instagram. Pari tersebut mati karena menelan banyak sampah di lautan. Peneliti ikan pun angkat bicara. Sebuah akun Instagram bernama @5MinuteBeachCleanUp membagikan foto-foto seekor ikan pari yang sudah mati. Begitu dibelah perutnya, terdapat banyak sampah daratan yang tidak masuk akal.
Sebut saja sampah botol minuman, bungkus rokok, buku hingga kamera. detikcom pun mewawancara peneliti ikan pari dan meminta tanggapannya.
“Memprihatinkan. Sampah plastik memang sudah menjadi masalah serius secara global,” ujar peneliti hiu dan pari dari Badan Riset Sumber Daya Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP), Dharmadi, Selasa (9/4/2019). Sampah merupakan ancaman utama bagi biota perenang di permukaan-pertengahan perairan. Apalagi bagi biota yang memiliki ukuran mulut lebar seperti Manta. “Kelompok pari ini akan sulit mendeteksi atau membedakan antara makanan dan plastik karena warna transparan dalam air yang mungkin dikira sebagai ubur-ubur,” ujar Dharmadi. Kalau dilihat dari jenisnya, Dharmadi menglasifikasikannya seperti taenia mayeni atau pari lemer. Habitatnya di dasar perairan perairan bersubstrat lumpur. Sayang, tak ada keterangan jelas di mana lokasi dari pari viral ini ditemukan. Kalau di Indonesia sendiri, pari ini umumnya hidup di perairan Kalimantan dan Sumatra.
Hal ini bukanlah yang pertama kali. Beberapa waktu belakangan ada paus yang juga mati karena menelan banyak sampah plastik di lautan. Bedanya, pari ini sampai menelan buku hingga kamera. Kondisi ini membuat banyak pihak sedih dan kecewa. Lantas, hal apalagi yang harusnya kita lakukan untuk menjaga ekosistem di lautan? “Luasnya laut kita, semakin meningkat populasi masyarakat pesisir dan tingkat kesadaran yang masih rendah dalam menjaga kebersihan laut dengan tidak membuang sampah sembarangan masih rendah. Hal ini yg menjadi kendala utama dlm membersihkan laut dari sampah dan menjaga kebersihan laut.
Hal senada juga diungkapkan oleh Dr Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi pada Pusat Riset Kelautan KKP. “Mengerikan.
Sangat disayangkan, kalau pari mantanya pada mati maka obyek wisatanya hilang,” ujar Widodo.
Menurut Widodo pertumbuhan penduduk juga harus dikontrol. Semakin banyak penduduk, maka memerlukan ruang lebih banyak, dan menghasilkan sampah yang lebih banyak lagi.
Widodo mengatakan semakin banyak sampah, maka memerlukan space dan teknologi yang tepat dan ramah lingkungan dalam mengolah sampah. Bila hal tersebut tidak dipikirkan dan tidak dilakukan, maka sampah yang tidak terkelola akan samakin terbuang ke laut, dan mencemari lautan, lalu berdampak lebih lanjut kepada makhluk hidup di dalamnya.
“Walaupun sudah banyak dilakukan operasi pembersihan pantai secara masif namun tidak disertai dengan revolusi mental dari masyarakat dalam hal membuang sampah, maka percuma,” jelas Widodo. (bnl/fay)