Tag: perubahan iklim

KOMPAS: 2016, Tahun Terpanas di Bumi

Koran KOMPAS, Sabtu, 7 Januari 2017. Halaman 14.

IPTEK LINGKUNGAN & KESEHATAN: Meteorologi

KOMPAS, SABTU, 7 JANUARI 2017

JAKARTA, KOMPAS ━ Tahun 2016 dinobatkan sebagai terpanas dengan rekor baru dalam kenaikan suhu global yang mencapai 0.86 derajat celsius dibandingkan rata-rata periode referensi tahun 1961-1990. Kenaikan suhu bumi secara progresif itu turut memicu penyimpangan pola cuaca yang kian kerap.

Kenaikan suhu global itu dilaporkan World Meteorological Organization (WMO), seperti disebut peneliti cuaca dan iklim ekstrem BMKG, Siswanto, Jumat (6/1). “Kenaikan suhu ini melampaui rekor lama tahun 2015 yang tercatat setinggi 0,77 celsius,” katanya.
Kenaikan temperatur global terpantau progresif dalam periode panjang dengan fluktuasi kenaikan mengikuti variabel iklim, terutama pengaruh El Nino dan La Nina. “Kejadian Super El Nino yang menguat sejak paruh ketiga 2015 hingga pertengahan 2016 telah melesatkan suhu global lebih panas 0,2 derajat celsius dari rekor 2015,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan, kenaikan suhu global memicu perubahan iklim. Dampak ikutannya frekuensi penyimpangan pola cuaca kian tinggi dan meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi.
Kenaikan suhu atmosfer, kata Siswanto, juga diikuti menghangatnya temperatur laut global secara progresif. Pada November 2016, kenaikan suhu perairan laut mencapai 0,76 derajat celsius dibanding 30 tahun sebelumnya. Pada 2015, kenaikan suhu perairan global 0,73 derajat celsius dan pada 2010 kenaikannya 0,57 derajat celsius, juga dibandingkan 30 tahun sebelumnya.
Kepala Laboratorium Data Laut dan Pesisir, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Widodo Setiyo Pranowo mengatakan, kenaikan suhu di permukaan laut saat ini kemungkinan menyebar vertikal ke lapisan lebih dalam. Itu menyebabkan kenaikan suhu laut melambat sejak 2009, tetapi progresif. Jika kondisi ini berlanjut, ia khawatir akan terjadi fenomena pembalikan arus utama samudra di dunia. Dampaknya besar, termasuk pada kematian terumbu karang dan kehidupan ikan.

Read More KOMPAS: 2016, Tahun Terpanas di Bumi

TRIBUN BALI: Diterpa La Nina, Nelayan Jembrana Dipastikan Paceklik Lemuru Hingga Maret 2017

Ratusan Perahu Selerek di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara terparkir rapi selama beberapa bulan belakangan ini lantaran sepi tangkapan ikan Lemuru, Rabu (28/9/2016). FOTO: Tribun Bali/ I Gede Jaka Santhosa.
Ratusan Perahu Selerek di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara terparkir rapi selama beberapa bulan belakangan ini lantaran sepi tangkapan ikan Lemuru, Rabu (28/9/2016). FOTO: Tribun Bali/ I Gede Jaka Santhosa.

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA – Sepinya tangkapan ikan Lemuru di laut Kabupaten Jembrana, Bali dipastikan akan berlangsung hingga tahun 2017 mendatang. Hal tersebut terungkap saat Badan Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) Seacorm melangsungkan sosialisasi penerapan Ocean Health Index (OHI) atau Kesehatan Laut di Bali di BPOL Seacorm Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Rabu (28/9/2016) pagi.

Kepala Laboratorium di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir (P3SDLP), Dr. Ing Widodo Setiyo Pranowo mengatakan berdasarkan data yang dikumpulkan pihaknya mulai tahun 2002 lalu, persebaran ikan Lemuru yang biasanya ramai di Selat Bali dan pesisir Bali Selatan kini mengalami perubahan. “Ketika terjadi El Nino ikan Lemuru ini justru meningkat di perairan Bali. Ketika La Nina justru berkurang atau menghilang sama sekali dari Selat Bali,” katanya. “La Nina tahun ini starting pointnya di Bulan Juni dan diprediksi akan berakhir pada Maret 2017 mendatang. Sehingga bisa dipastikan tidak ada ikan Lemuru lagi,” tandas Widodo pagi ini.

(I Gede Jaka Santhosa|Rabu, 28 September 2016 12:02)

Sumber: TRIBUN-BALI.COM

Buka Lagi Jaringan Baru Tentang Perubahan Iklim

20160728_apec_kerma

Jakarta – 26 Juli 2016. Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) Research and Technology (ART) 2016 Extension Program Indonesia, memiliki sisi lain yang positif bagi penelitian perubahan iklim di Indonesia. Pertemuan yang mengundang akademisi dan institusi riset di Indonesia tersebut untuk berdiskusi dan tukar pendapat mengenai kooperasi antara negara-negara anggota APEC. Agenda yang difokuskan pada kooperasi dan kolaborasi di bidang Sains dan Teknologi dengan sector bisnis, sector bisnis yang berkecimpung di iklim dan teknologi ramah lingkungan, guna membantu perkembangan inovasi negara-negara anggota APEC untuk mencapai tujuan akhir dari SDG’s. Indonesia yang mewakilkan dirinya dalam pertemuan ini kepada 3 orang yaitu Dr.-Ing. Widodo Pranowo Kepala Laboratorium Data Laut dan Pesisir, P3SDLP – KKP, Dr. Heru Santoso Kepala Biro Kepegawaian – LIPI, dan Dr. Triana Fizzanty direktur Pusat Penelitian Perkembangan Iptek – LIPI.

Read More Buka Lagi Jaringan Baru Tentang Perubahan Iklim

Berkesempatan Lagi Bicara Di Forum APEC: Perubahan Iklim

20160726_apecJakarta – 26 Juli 2016. Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) Research and Technology (ART) 2016 Extension in Program, merupakan acara yang diselenggarakan oleh Science and Technology Policy Institute (STEPI) dari Korea Selatan bekerjasama dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (RISTEKDIKTI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pertemuan yang berfokus pada status terkini dan kedepannya terhadap Sustainable Development Goal’s (SDG’s) yang berkaitan dengan Perubahan Iklim. Perubahan Iklim merupakan aspek penting yang mempengaruhi dari sebagian besar SDG’s dan secara langsung tertuang pada sasaran nomor 13: Mengambil langkah penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Dalam pertemuan tersebut bertujuan untuk mengeksplor tantangan yang dihadapi oleh anggota APEC, dan solusi yang dibutuhkan unttuk membangun resiliensi dan kemampuan adaptasi negara-negara anggota terhadap perubahan iklim. Acara yang diadakan selama dua hari tersebut pada 26 – 27 Juli 2016, dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu Crowne Plaza Hotel dan Green Business Center.

Pada kesempatan ini Kepala Laboratorium Data Laut dan Pesisir Dr.-Ing. Widodo Pranowo, sebagai salah satu anggota Delegasi Republik Indonesia (DELRI) mewakili KKP, dalam sesi I mengenai Teknologi dan Inovasi pada Sektor Bisnis di Indonesia, memaparkan mengenai status penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan dalam mengantisipasi perubahan iklim yang dilaksanakan di KKP. Pria yang pernah mengenyam pendidikan Doktoral di Jerman tersebut menjelaskan mengenai fokus riset perubahan iklim 2015 – 2019 di Indonesia, yang antara nya: Dampak perubahan iklim terhadap sector kelautan dan perikanan; Penelitian karbon laut dan pesisir di Indonesia; Riset pengaruh variabilitas laut – iklim terhadap perikanan di Indonesia; Sistem operasional laut dan iklim untuk aktivitas kelautan dan perikanan; Riset energi terbarukan dari laut dan pesisir. Sesi yang berfokus pada status terkini dan prospek kedepannya untuk SDG’s dan teknologi perubahan iklim di Indonesia. Sesi ini pula bertujuan untuk mendapatkan wawasan baru mengenai pengembangan dan inovasi bisnis di Indonesia yang dielaborasikan dengan perkembangan teknologi dalam menghadapi perubahan iklim.

Read More Berkesempatan Lagi Bicara Di Forum APEC: Perubahan Iklim