Majalah SAINS INDONESIA on Tuesday, 22 October 2013
Pelayaran ilmiah yang melibatkan tim peneliti dari Indonesia, China, dan Amerika Serikat (AS) difokuskan menangkap sinyal upwelling. Data yang didapat akan memperkuat basis data dan informasi kelautan dan iklim nasional.
Sinyal upwelling yang umumnya mulai terbentuk pada Agustus dan September, menjadi kesempatan bagi tim peneliti yang tergabung dalam pelayaran ilmiah “Monsoon Onset Monitoring & Its Social & Ecosystem Impacts (MOMSEI)” untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya. Dinamika monsun Asia-Australia menjadi salah satu kajian dalam penelitian ini karena berinteraksi dengan dinamika laut Indonesia yang berdampak pada ekosistem dan kondisi sosial di Indonesia.
“Kondisi ekosistem didedikasikan kepada lingkungan laut yang mendukung perikanan. Selain itu informasi variabilitas monsun secara sosial dapat untuk mendukung kegiatan litbang garam,” kata Dr Budi Sulistyo, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir (P3SDLP), Balitbang KP, kepada Majalah Sains Indonesia, belum lama ini. Ditambahkan Budi, pelayaran ilmiah kali ini melibatkan 16 peneliti yang berasal dari Balitbang KP (8 peneliti), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2 peneliti, The First Institut of Oceano-graphy, State Oceanic Administration PR China (FIO-SOA) 5 peneliti, dan Woods hole oceanographic Institution AS (1 peneliti).
Pelayaran ilmiah yang menggunakan Kapal Penelitian Baruna Jaya VIII milik LIPI ini berlangsung 10 hari (22 September-1 Oktober). Rute pelayaran diawali dari Pelabuhan Benoa Bali, Samudera Hindia Selatan Jawa dan berakhir di Muara Baru Jakarta. Dalam penelitian ini, tim peneliti akan mengukur_parameter konduktivitas, suhu laut, tekanan/kedalaman, kecepatan arus, meteorology, pengambilan sampel air untuk analisa nutrien, khlorofil, dan plankton. “Kami bersyukur, dalam penelitian ini mendapatkan pinjaman peralatan Video Plankton Recorder (VPR) secara gratis dari Woods Hole Oceanographiy Institution (WHOI) AS. Alat yang dilengkapi dengan kamera beresolusi tinggi dan berkecepatan tinggi ini sangat membantu dalam pemotretan jenis-jenis plankton yang ada di laut,” kata Dr Ing Widodo Pranowo, koordinator MOMSEI Indonesia.
Artikel selengkapnya bisa anda baca di Majalah SAINS Indonesia Edisi 22.
Sumber: Majalah SAINS INDONESIA