KOMPAS, Jumat, 12 Januari 2018
SAINS, LINGKUNGAN & KESEHATAN
Reporter: AIK/ICH
“I let my life flow into the ocean” | "Ngetutke ilining banyu" | Perjalanan seorang bocah yang takut dengan air karena pernah tenggelam di sungai namun dikemudian hari berkarir di sektor kelautan bidang oseanografi terapan.
KOMPAS, Jumat, 12 Januari 2018
SAINS, LINGKUNGAN & KESEHATAN
Reporter: AIK/ICH
KOMPAS CETAK, Kamis, 6 Februari 2014
Lingkungan & Kesehatan
Wilayah Pesisir
Jakarta, Kompas – Hampir seluruh pesisir di Indonesia mengalami kenaikan muka laut sedang hingga tinggi. Kenaikan tertinggi 0,76 sentimeter per tahun. Pada 25 tahun mendatang, muka air laut naik hingga 19 cm. “Kenaikan muka laut relativesebesar 0,73-0,76 cm per tahun. Ini tanpa memasukkan faktorland subsidence di daerah pantai,” kata Budi Sulistyo, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan, di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan peta kenaikan muka air laut, pelabuhan perikanan dalam kerentanan tinggi adalah Belawan, Sungai Liat, Bitung, Ternate, dan Ambon. Kenaikan muka air laut total tahun 2025 tertinggi diprediksi di Ambon, berkisar 1,02-3,07 meter, sedangkan terendah di Muara Baru (0,63-1,71 m). Selain itu tercatat 24 lokasi minapolitan juga rentan genangan, antara lain Jambi, Lampung, semua provinsi di Jawa, Kalsel, Sultra, Gorontalo, dan NTT. Ancaman dama dihadapi 4 lokasi sentra garam di Jawa, yaitu Cirebon, Indramayu, Rembang, dan Pati, di Madura (Pamekasan dan Sampang), dan Nagakeo, NTT.
Dampak dari kenaikan tinggi muka laut akan menyebabkan majunya garis pantai ke daratan sehingga dermaga pelabuhan perikanan dan penahan gelombang akan tergerus gelombang. Itu mereduksi kekuatan struktur bangunan di pantai. Menurut Kepala Kelompok Kerja Litbang Kebijakan Perubahan Iklim KKP Widodo Setiyo Pranowo, melihat kajian itu, Balitbang KP membangun sistem peringatan dini dampak kenaikan muka air laut terhadap Infrastruktur perikanan tangkap dan budidaya. “Selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi mitigasi dan adaptasi terhadap dampak itu,” ujarnya.
Lewat indikasi kenaikan muka laut itu, kata Widodo, perlu pemantauan tinggi muka air laut dan kondisi infrastruktur perikanan tangkap dan budidaya secara berkala. Lalu, dilakukan penyesuaian terhadap struktur dan infrastruktur di sekitar pelabuhan. Pada 2015-2019 akan dibangun stasiun pengamatan oseanografi dan atmosfer untuk memantau dampak perubahan iklim. Stasiun pemantauan itu akan dibangun di Bintan, Derawan, Lombok, Bitung, dan Aceh. “Kami sedang melakukan studi di lokasi itu dan berkoordinasi dengan pihak terkait, baik di pusat maupun daerah,” ujar Budi.