Universitas Padjadjaran, Bangor University, and National Plastic Action Partnership (NPAP) are proud to present “Virtual Seminar 2022” with theme “Marine Plastic Waste and Climate Change in Indonesia”. The objectives of this event are: The dissemination of three projects combating marine debris in Indonesia to share research outputs from previous events, including: understanding local community perception of plastic pollution for a sustainable future, coastal vulnerability to climate change and marine plastic waste and addressing Marine Litter Pathways and Climate Change in Indonesia; Knowledge sharing from Indonesia expert to tackle about marine debris; Discussion among Indonesia and UK (Bangor University) to initiate dialogue and canvass feedback on next steps and future projects.
Widodo S. Pranowo (Research Center for Climate and Atmosphere (PRIMA), National Research and Innovation Agency (BRIN)) is invited as one of the speaker at virtual seminar, to deliver the topic “Marine debris trajectory modeling and its verification”. The event has been held on March 28, 2022 (15.00 -17.00 WIB).
Tag: marine debris
| Kompas Cetak, Jumat, 13 Desember 2019 | Halaman 1 | Halaman 18 (Metropolitan) | Reporter: JOG/GIO |
KOMPAS, Jumat, 9 Juni 2017, Halaman 14.
IPTEK LINGKUNGAN & KESEHATAN
JAKARTA, KOMPAS — Pencemaran sampah plastik di Laut Jawa amat mengkhawatirkan. Selain sampah plastik berukuran makro, ditemukan plastik ukuran mikro yang bisa termakan dan terakumulasi dalam tubuh ikan. Untuk itu, pencemaran sampah plastik di perairan harus segera diatasi.
Riset terbaru yang dilakukan Noir Primadona Putra dari Departemen Kelautan Universitas Padjadjaran, Bandung, menemukan tingginya volume sampah di sekitar Pulau Biawak, Indramayu, Jawa Barat. Volume sampah yang dikumpulkan mencapai 68 kilogram, dari garis pantai sepanjang 655 meter atau 1 kg per 9,6 meter panjang pantai. ”Dari sampah ini, sebagian besar berupa busa styrofoam dan berikutnya plastik,” ucap Noir, Kamis (8/6), di Jakarta. Volume sampah mikro plastik mencapai 0,08 per 1 kg. Penelitian di 46 lokasi lain di Laut Jawa, di sekitar Kepulauan Seribu dan perairan Banten, juga ditemukan tingkat pencemaran plastik tinggi. ”Hal paling berbahaya sebenarnya cemaran plastik mikro. Sebab, itu bisa di makan ikan, lalu terakumulasi ke jaringan tubuhnya,” ujarnya.
Temuan itu menguatkan riset yang dilakukan Jenna Jambeck, peneliti dari Universitas Georgia, Amerika Serikat, yang dirilis di jurnal Science, tahun 2015, bahwa Indonesia termasuk negara kedua terbesar penyumbang sampah ke lautan setelah China. To- tal limbah yang telah dibuang Indonesia ke laut 3,2 juta ton.
Noir menjelaskan, untuk sampah plastik ukuran makro (di atas 2,5 cm), banyak yang berasal dari Semarang dan Kalimantan, selain dari Batam, bahkan Singapura dan India. Analisis asal-usul itu berdasarkan asal merek lokal yang tertera pada botol kemasan plastik. ”Untuk merek yang ditemui secara nasional, sulit dikenali asal-usulnya,” ucapnya.
Kepala Laboratorium Data Laut dan Pesisir Pusat Riset Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan Widodo Pranowo menambahkan, berdasarkan pola arus laut, sumber pencemaran sampah plastik makro umumnya dari lokasi daratan di dekatnya. ”Secara kasatmata, kita bisa melihat tingginya pencemaran plastik di Laut Jawa. Jika dari Jakarta mau ke Pulau Seribu, kapal berhenti sampai tiga kali karena tersangkut sampah plastik. Kondisi ini amat mengkhawatirkan,” ujarnya.
Read More KOMPAS: Laut Jawa Kian Tercemar, Sampah Plastik Rentan Termakan Ikan