Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika selama 2 (dua) hari mengadakan FGD Konsorsium Gempa Bumi dan Tsunami Indonesia dan Pelatiha Dasar Observasi Laut. Acara tersebut diselenggarakan pada 3-4 November 2023 di Jakarta.
Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir, Widodo Setiyo Pranowo, dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN diundang untuk sharing pengalaman dan memberikan pelatihan pengolahan dan analisis data hidro-oseanografi.
Tag: tsunami
Kompas Cetak, Kamis, 10 Agustus 2017
JAKARTA, KOMPAS — Pemotongan anggaran yang dilakukan di kementerian dan lembaga mengganggu kinerja. Salah satu dampaknya adalah kegiatan riset mandek karena anggaran riset ke lapangan dipangkas. Tak hanya itu, pengoperasian alat pemantau gempa bumi dan tsunami juga terganggu.
Informasi yang didapat Kompas, Rabu (9/8), di Jakarta, 30 persen atau 50 dari 165 sensor gempa bumi di bawah kendali Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika tak beroperasi. Lima tide gauge (radar untuk mengonfirmasi jika ada tsunami) juga berhenti beroperasi. Pengoperasian sirene tsunami pun dikhawatirkan tergangggu. Alat-alat itu butuh perawatan rutin, selain pengisian pulsa berbasis satelit, agar tetap terhubung dengan pusat kendali operasi di kantor BMKG. Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Mochammad Riyadi memaparkan, jumlah sensor gempa yang tak beroperasi kurang dari 50 unit. ”Tetapi memang terganggu karena ada pemotongan anggaran. Kira-kira 20 persen yang tak beroperasi. Itu lebih karena alat-alatnya tua. Secara nasional, kami bisa memantau kegempaan,” ujarnya. Penghematan harus dilakukan setelah BMKG mendapat pemotongan anggaran tahun ini Rp 89 miliar. Penghematan dilakukan, antara lain, dengan menghentikan belanja barang. ”Anggaran perawatan alat bersifat preventif dihilangkan sehingga tak ada pengecekan rutin sensor di lapangan. Untuk korektif jika ada kerusakan masih ada,” kata Riyadi. Kontrak perawatan alat yang rusak untuk bulan ini masih berjalan. ”Hanya, mungkin tak bisa untuk membayar sampai akhir tahun, kemungkinan hingga September atau Oktober,” ujarnya.
Pemotongan anggaran juga mengganggu kegiatan operasional Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, tahun ini anggaran lembaganya dipotong Rp 167 miliar dari total Rp 1,8 triliun. ”Ini di luar dana cadangan penanganan bencana Rp 4 triliun,” ucapnya. Hal itu mengurangi kegiatan prabencana, antara lain sosialisasi, pembangunan sistem peringatan dini, dan pendirian pusat pengendali operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Kegiatan riset
Dampak pemotongan anggaran juga mengganggu kegiatan operasional peneliti. Kepala Laboratorium Data Laut dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan Widodo Pranowo mengatakan, biaya riset ke lapangan tak ada. ”Kini kami hanya bisa menganalisis ulang dan membuat model dari data yang dikumpulkan tahun sebelumnya,” ujarnya. Para peneliti di institusinya juga sulit mengakses data dan memublikasikan riset di jurnal internasional berbayar. Untuk akses jurnal, mereka mengandalkan rekan yang melanjutkan studi di luar negeri untuk mengunduh dari kampus.
Read More KOMPAS: Pantauan Bencana & Riset Terhambat, Pemotongan Anggaran Berdampak Serius
Home / Internasional / Berita Asia Pasifik
Gempa hari ini mengguncang PNG dengan kedalaman 103,2 kilometer di laut. Belum ada laporan kerusakan maupun korban akibat gempa tersebut. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak awal menyatakan, tsunami di PNG tidak akan sampai ke Indonesia dan terutama wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat. Masyarakat di kedua provinsi itu juga tidak perlu dievakuasi dan diminta mengikuti arahan BPBD dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). “Khusus masyarakat di daerah pesisir Papua dan Papua Barat, diimbau tidak terpancing isu karena tsunami yang terjadi tidak berdampak di Indonesia,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Sementara itu, gelombang tsunami minor setinggi 8 sentimeter terjadi di wilayah Tarekukure, pada pukul 21.25 WIT. Widodo Setiyo Pranowo, peneliti dari Badan Litbang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang pernah terlibat di German Indonesia Tsunami Early Warning System 2007-2010, mengatakan, tsunami minor setinggi 8 cm hingga kurang dari 30 cm bukanlah tsunami yang membahayakan. Menurut Widodo, sekecil apapun perubahan muka laut tetap menarik untuk diteliti, sebagai validasi dan tunning sensitivity pemodelan tsunami. “Dengan meningkatkan sensitivitas dan validitas model tsunami, diharapkan akan dapat memproduksi simulasi tsunami akibat gempa tektonik untuk basis data tsunami early warning system,” kata Widodo kepada CNNIndonesia.com, Sabtu malam (17/12). Penelitian itu sangat penting mengingat Indonesia juga bisa mendapatkan kiriman tsunami dari wilayah-wilayah gempa laut di sekitar Indonesia, seperti PNG.
Home / Internasional / Berita Asia Pasifik
Jakarta, CNN Indonesia — Gempa bumi yang mengguncang New Ireland Region, Papua Nugini (PNG), Sabtu (17/12), mengakibatkan minor tsunami setinggi 8 sentimeter di wilayah Tarekukure. Tsunami kecil itu terjadi pada pukul 21.25 WIT.
Keterangan tertulis yang diperoleh dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, tsunami di PNG tidak akan sampai ke wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat. “Masyarakat di Papua dan Papua Barat tidak perlu evakuasi dan terus mengikuti arahan dari BMKG dan BPBD. Khusus masyarakat di daerah pesisir Papua dan Papua Barat, diimbau tidak terpancing isu karena tsunami yang terjadi tidak berdampak di Indonesia,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Gempabumi di PNG terjadi pada pukul 19.51 WIT dengan kekuatan 7,9 SR. Peneliti di Badan Litbang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Widodo Setiyo Pranowo mengatakan, tsunami minor setinggi 8 cm hingga kurang dari 30 cm bukanlah tsunami yang membahayakan. Namun bagi kalangan peneliti, sekecil apapun perubahan muka laut tetap menarik untuk diteliti sebagai validasi dan tunning sensitivity pemodelan tsunami. “Dengan meningkatkan sensitivitas dan validitas model tsunami, diharapkan akan dapat memproduksi simulasi tsunami akibat gempa tektonik untuk basis data tsunami early warning system,” kata Widodo kepada CNNIndonesia.com, Sabtu malam (17/12). Menurut Widodo — yang pernah terlibat di German Indonesia Tsunami Early Warning System 2007-2010—bagi Indonesia juga sangat penting mengingat negara ini juga bisa mendapatkan kiriman tsunami dari wilayah-wilayah gempa laut di sekitar Indonesia seperti PNG.
(rdk) | CNN Indonesia