Tag: widodo pranowo

DETIK TRAVEL: Please Jangan Buang Lagi Sampah ke Laut, Paus Sampai Mati Tuh

DETIK TRAVEL, Jakarta – Sampah lagi-lagi memakan korban. Kali ini, seekor paus sperma mati terdampar di Laut Wakatobi dengan perut yang penuh dengan sampah plastik. Paus sperma yang memiliki nama latin Physeter macrocephalus ini terdampar mati dengan perut terbuka di Pulau Kapota, Wakatobi , Sulawesi Tenggara. Bangkai paus ini sudah tidak utuh dan banyak sampah di perutnya. Kejadian ini kembali mempertanyakan pengelolaan sampah di masyarakat. Masih banyak masyarakat yang menjadikan laut sebagai tempah sampah raksasa. Padahal, laut memiliki ekosistem dan kehidupan yang jauh lebih kompleks.

Imbauan kepada masyarakat, kurangi penggunaan kantong plastik yang berpotensi terbuang ke sungai dan laut. Pastikan para pengelola wisata bahari, penyedia transportasi jasa laut, pengelola restoran pingir sungai dan laut, menyediakan tempat sampah yang memadai secara daya tampung dan daya dukung, dan juga tempat sampah harus cukup kokoh wadahnya, terlindungi agar tidak mudah terguling/terbongkar yang menyebabkan sampah-sampah tadi terbuang secara tidak sengaja atau sengaja ke badan sungai maupun ke laut,” ungkap Dr Ing Widodo Pranowo, Peneliti Madya Bidang Oseanografi pada Pusat Riset Kelautan KKP, eksklusif kepada detikTravel, Rabu (21/11/2018). Read More DETIK TRAVEL: Please Jangan Buang Lagi Sampah ke Laut, Paus Sampai Mati Tuh

TIRTO.ID: Tak Menjaga Laut, Manusia Akhirnya Memakan Plastik

Tirto.id  | Home | Kesehatan | Reporter: Widia Primastika | 6 Agustus 2018

tirto.id – Kita memakan plastik. Itu kesimpulan dari Christina Thiele dan Malcolm David Hudson, peneliti dari University of Southampton, yang mereka tulis dalam “Anda Memakan Plastik Mikro dalam Cara yang Tak Tarbayangkan”. Umat manusia tak hanya memakan plastik lewat ikan dan kerang, tapi banyak makanan lainnya.

Sebelumnya, pada Maret 2018 lalu, beberapa media internasional seperti BBC (pdf)menyiarkan penelitian yang dilakukan oleh State University of New York bersama Orb Media. Para peneliti menguji 259 botol air minum dari 11 merek di 8 negara, termasuk Indonesia. Ternyata, 93 persen air mineral botol yang menjadi sampel, terpapar mikroplastik.
Memang, belum ada kajian tentang bahaya mikroplastik ketika ia dikonsumsi manusia. Namun, Sherri Mason, profesor kimia dari State University of New York menyampaikan bahwa mikroplastik dapat berimbas pada kehidupan ekosistem daerah tersebut.
“[Penelitian] ini bukan hendak menuding merek tertentu, tapi menunjukkan bahwa [plastik] ini ada di mana-mana, menjadi bahan yang merangsek ke dalam masyarakat kita, dan meliputi air—semua produk yang kita konsumsi sehari-hari,” ungkap Mason seperti dikutip BBC.

Baca juga: Waspadai Mikroplastik di Dalam Garam Laut

Read More TIRTO.ID: Tak Menjaga Laut, Manusia Akhirnya Memakan Plastik

MONGABAY INDONESIA: Ternyata Teluk Balikpapan Sudah Sering Tercemar Minyak. Kok Bisa?

MONGABAY INDONESIA Situs Berita Lingkungan | Laut | Reporter: Jay Fajar

Insiden pencemaran minyak di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur, akibat kebocoran pipa milik Pertamina Refinery Unit V Balikpapan di perairan Lawe-lawe Penajam Paser Utara (PPU) sudah memasuki hari ke-9 sejak awal terjadinya pada hari Sabtu (31/3/2018).

Kepala Laboratorium Data Laut dan Pesisir Pusat Riset Kelautan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Widodo Pranowo menjelaskan sampai hari Kamis (5/4/2018) tumpahan minyak telah menyebar seluas 20.000 hektar atau 200 kilometer persegi.

Sebelumnya, dari Laporan Tim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Rabu (4/4/2018) menyebutkan dari hasil analisis citra satelit Landsat 8 dan Radar Sentinel 1A tanggal 1 April 2018 oleh LAPAN, diestimasi total luasan tumpahan minyak di perairan Teluk Balikpapan seluas 12.987,2 ha.

Tumpahan minyak seluas 20.000 hektare tersebut, kata Widodo yang dihubungi Mongabay Indonesia pada Sabtu (7/4/2018), dihasilkan dari analisa data satelit radar Cosmo Sky Med dan Sentinel 1a pada tanggal 1, 2 dan 5 April 2018.

Read More MONGABAY INDONESIA: Ternyata Teluk Balikpapan Sudah Sering Tercemar Minyak. Kok Bisa?