Category: News

Peneliti P3SDLP Berikan Kuliah di SESKO TNI

P3SDLP-News, 18 Maret 2016.

Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia atau Sesko TNI merupakan Lembaga Pendidikan tertinggi TNI mempunyai visi membentuk Perwira TNI yang handal, professional dan proporsional dan Sesko TNI bertugas sebagai penyelenggara pendidikan karier tertinggi TNI, melaksanakan pengkajian dan pengembangan doktrin maupun pendidikan dan latihan Tentara Nasional Indonesia. Markas Komando Sesko TNI berada di Jl. R.A.A. Martanegara No.11, Bandung, Jawa Barat. Bertepatan pada hari ini (18/03) berlangsung Kuliah Umum yang diberikan oleh Dr.-Ing. Widodo S. Pranowo, Kepala Lab. Data Laut dan Pesisir, P3SDLP, Badan Litbang KP, KKP. Dr. Widodo yang juga sebagai dosen tetap di Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) Program Studi Teknik Hidrografi – Jakarta tersebut akan memberikan materi kuliah mengenai Teknologi Survei / Observasi Laut dan Kebumian. Tujuan dari kuliah tersebut untuk Memahami tentang perkembangan teknologi   kelautan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas. Dalam kuliah yang dihadiri oleh 126 perwira TNI (Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara) dan POLRI, yang turut dihadiri pula perwira dari negara sahabat, antara lain, Srilangka, Malaysia, Singapura, Arab, Thailand dan Australia. Dr.-Ing. Widodo yang juga sebagai Peneliti Madya di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir tersebut memberikan paparan yang terkategori sebagai berikut: Konsep Dinamika Fluida Geofisika & Energi Terbarukan; Konsep Hidrografi; Survey Laut dan Kebumian Konvensional; Observasi Laut dan Kebumian Terkini; Sistem Operasional Oseanografi Indonesia; dan Teknologi Kelautan untuk Hankam. Diterangkan pula dalam kuliah umum tersebut mengenai sumber energi terbarukan, Konsep Hidrografi, Survei Paleo Lingkungan Laut Dalam, Survei Arus Lintas Indonesia, Akuisisi Massa Air Laut dengan Robot, Pengideraan Laut menggunakan Laser, Survei dengan Kendaraan Bawah Air (Jarak Jauh), Indonesian Satellite, Indonesia Ocean Forecasting System.

Peneliti KKP terima tanda kehormatan dari Presiden RI

P3SDLP-News, 6 Januari 2016

Jakarta – (6 Januari 2016) Empat orang peneliti P3SDLP memperoleh Tanda Kehormatan “SATYALANCANA DWIDYA SISTHA” dari Presiden RI Joko Widodo. Empat orang peneliti P3SDLP tersebut antara lain Dr.-Ing. Widodo S. Pranowo, Anastasia Rita T. D. K. Ph.D., Dr. Dini Purbandini, M.Si., Joko Prihantono, M.Si, dan Irsan Soemantri Brodjonegoro, Ph.D.Sebagaimana yang dikutip dalam putusan tersebut, Tanda Kehormatan ini diberikan kepada mereka sebagai penghargaan kepada Prajurit TNI dan WNI bukan Prajurit TNI yang berjasa di dalam kemajuan dan pertumbuhan TNI yang karena jabatannya selaku guru/instruktur pada lembaga  pendidikan TNI.

Setiap bangsa dan negara di dunia ini senantiasa berusaha untuk mewujudkan cita-cita dan kepentingan nasionalnya. Demikian juga halnya dengan bangsa dan negera Indonesia. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke 4, tujuan bangsa Indonesia membentuk suatu pemerintahan negara adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, dalam wadah Negara Kesatuan Indonesia berdasarkan Pancasila. Secara tidak langsung, pelaksanaan pengajaran pendidikan di lingkungan TNI merupakan salah satu bentuk bela negara, dengan memberikan ilmu-ilmu/pembelajaran-pembelajaran yang dapat berguna untuk kepentingan pengamanan NKRI, Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.” dan ” Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang”.

Balitbang KKP: Dampak Reklamasi Jakarta Bukan Sebatas Urusan KTP

Aktual.com > home > Jakarta raya

Desember 2015 1:00 AM

Jakarta, Aktual.com – Proyek reklamasi Teluk Jakarta harus mempertimbangkan dampak sosial. Bukan hanya dampak yang dialami masyarakat sekitar pesisir Teluk Jakarta saja. Dampak sosial proyek reklamasi tidak sesederhana hanya melihat KTP yang dimiliki warga pesisir Teluk Jakarta. Nelayan-nelayan yang datang dari luar dan tidak memiliki KTP Jakarta secara sosial juga tetap dihitung jika terkena dampak dari proyek reklamasi ataupun Giant Sea Wall (GSW). Pendapat itu disampaikan Dr.-Ing.Widodo Setiyo Pranowo, M.Si, Kepala Bidang Pelayanan Teknis Puslitbang Sumber Daya Laut dan Pesisir (P3SDLP) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.

Read More Balitbang KKP: Dampak Reklamasi Jakarta Bukan Sebatas Urusan KTP

Giant Sea Wall urgent to save sinking Jakarta: Consultant

NEWS > NATIONAL

  • Corry Elyda – The Jakarta Post
Jakarta | Thu, October 8 2015 | 06:21 pm
A water management specialist from Dutch research institute Deltares has confirmed that the National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) project, known as the Giant Sea Wall (GSW), will have an environmental impact, but says that land subsidence in Jakarta is a far greater threat and the wall is one of the solutions. Jan Jaap Brinkman said on Wednesday that the project might affect the Thousand Islands as well as erosion patterns, coral reefs and biota. However, Brinkman argued that the project was an urgent measure to protect four to five million people threatened by land subsidence that would see their current homes 4 to 9 meters below sea level. ‘€œEverybody keeps forgetting and ignoring the land subsidence, this is the driving force,’€ he said.
Jakarta is sinking an average of 5 to 20 centimeters per year, with an average of about 7.5 cm per year. Brinkman added that if the land subsidence continued like this, by the end of the century Jakarta would have sunk another 5 to 6 meters. Brinkman said the ‘€œcheapest and easiest’€ solution to land subsidence is to stop groundwater extraction. Millions of households, offices, and industries rely on groundwater as the coverage of tap water is only about 60 percent. ‘€œHowever, if the sinking does not stop, Jakarta has only two options to protect its people,’€ he said. He went on to say that they comprised evacuating millions of people and buildings from northern Jakarta to higher ground or enclosing Jakarta Bay with a ‘€œgood, very safe dike, good very large pumps and a very large lake to store the water: the giant sea wall’€.
Recently, the Research and Development for Marine and Coastal Resources Department at the Maritime Affairs and Fisheries Ministry showed that the giant sea wall would have large environmental and social costs, including the disappearance of islands and the damage of biota in the sea. The ministry’€™s study claimed that it would also destroy the biota in the water inside the wall because of eutrophication process from the pollution of Jakarta’€™s 13 rivers, and displace thousands of fishermen. The study was conducted by more than a dozen researchers in 2014 by making a simulation of the GSW. The result was published as a book, Dinamika Teluk Jakarta; Analisis Prediksi Dampak Pembangunan Tanggul Laut Jakarta (The Dynamics of Jakarta Bay; Prediction Analysis of the effects of the Giant Sea Wall Construction), by IPB Press.