Category: News

“Giant Sea Wall”, Meniru dari Mana, Dibangun untuk Siapa?

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak awal, proyek giant sea wall Jakarta seperti hendak meniru tanggul laut Belanda, negeri yang sebagian besar daratannya di bawah permukaan laut. Tanggul laut raksasa di Belanda dibangun setelah negeri itu dilanda badai laut berketinggian air 30 meter pada 1953.

Read More “Giant Sea Wall”, Meniru dari Mana, Dibangun untuk Siapa?

Proyek Tanggul Laut Dimulai

JAKARTA, KOMPAS.com — Tanggul laut raksasa akan mulai dibangun Kamis (9/10) besok. Pengerjaan ini diawali dengan membangun tanggul tipe A sepanjang 32 kilometer dari barat hingga timur pesisir utara Jakarta. Proyek tanggul ini ditargetkan rampung dalam waktu tiga tahun.

Read More Proyek Tanggul Laut Dimulai

Kuliah Umum Prof. Dr. Stephan Zeeman (USA) dan Dr. Ing Widodo (KKP_RI)

Pada : Rabu, 11 Maret 2015 – 13:40:00 WIB

www.msdp.undip.ac.id Dalam rangka untuk peningkatkan ilmu dalam bidang pengideraan jauh beberapa hari yang lalu program Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan mengadakan kegiatan kuliah umum dengan pembicara Prof. Stephan I Zeeman, Ph.D ( University of New Enland – USA) dan Dr.Ing. Widodo S Pranowo dari (Kementerian Kelautan dan Perikanan RI) serta Prof.Dr.Ir.Agus Hartoko, M.Sc selaku Ketua Program Studi S2 – Magister Manajemen Sumberdaya Pantai Universitas Diponegoro (Pakar Pengideraan Jauh dan SIG) adapun topik yang diangkat dalam kuliah umum ini mengenai “Penginderaan Jauh Guna Pemetaan Sumberdaya Perikanan”.

Acara ini sendiri selain di hadiri oleh mahasiswa baik S1,S2 dan S3 turut hadir pula pembantu dekan,dosen dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro serta dinas dari instansi terkait yang mana selain mendengarkan pemaparan dari para pembicara juga turut andil pada saat sesi tanya jawab.

 

Sumber: msdp.undip.ac.id – pada : Rabu, 11 Maret 2015 – 13:40:00 WIB

Kenaikan Muka Laut Indonesia 0,76 cm Per Tahun

KOMPAS CETAK, Kamis, 6 Februari 2014
Lingkungan & Kesehatan

Wilayah Pesisir

Jakarta, Kompas – Hampir seluruh pesisir di Indonesia mengalami kenaikan muka laut sedang hingga tinggi. Kenaikan tertinggi 0,76 sentimeter per tahun. Pada 25 tahun mendatang, muka air laut naik hingga 19 cm. “Kenaikan muka laut relativesebesar 0,73-0,76 cm per tahun. Ini tanpa memasukkan faktorland subsidence di daerah pantai,” kata Budi Sulistyo, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan, di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan peta kenaikan muka air laut, pelabuhan perikanan dalam kerentanan tinggi adalah Belawan, Sungai Liat, Bitung, Ternate, dan Ambon. Kenaikan muka air laut total tahun 2025 tertinggi diprediksi di Ambon, berkisar 1,02-3,07 meter, sedangkan terendah di Muara Baru (0,63-1,71 m). Selain itu tercatat 24 lokasi minapolitan juga rentan genangan, antara lain Jambi, Lampung, semua provinsi di Jawa, Kalsel, Sultra, Gorontalo, dan NTT. Ancaman dama dihadapi 4 lokasi sentra garam di Jawa, yaitu Cirebon, Indramayu, Rembang, dan Pati, di Madura (Pamekasan dan Sampang), dan Nagakeo, NTT.

Dampak dari kenaikan tinggi muka laut akan menyebabkan majunya garis pantai ke daratan sehingga dermaga pelabuhan perikanan dan penahan gelombang akan tergerus gelombang. Itu mereduksi kekuatan struktur bangunan di pantai. Menurut Kepala Kelompok Kerja Litbang Kebijakan Perubahan Iklim KKP Widodo Setiyo Pranowo, melihat kajian itu, Balitbang KP membangun sistem peringatan dini dampak kenaikan muka air laut terhadap Infrastruktur perikanan tangkap dan budidaya. “Selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi mitigasi dan adaptasi terhadap dampak itu,” ujarnya.

Lewat indikasi kenaikan muka laut itu, kata Widodo, perlu pemantauan tinggi muka air laut dan kondisi infrastruktur perikanan tangkap dan budidaya secara berkala. Lalu, dilakukan penyesuaian terhadap struktur dan infrastruktur di sekitar pelabuhan. Pada 2015-2019 akan dibangun stasiun pengamatan oseanografi dan atmosfer untuk memantau dampak perubahan iklim. Stasiun pemantauan itu akan dibangun di Bintan, Derawan, Lombok, Bitung, dan Aceh. “Kami sedang melakukan studi di lokasi itu dan berkoordinasi dengan pihak terkait, baik di pusat maupun daerah,” ujar Budi.