Tag: widodo setiyo pranowo

Berkesempatan Lagi Bicara Di Forum APEC: Perubahan Iklim

20160726_apecJakarta – 26 Juli 2016. Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) Research and Technology (ART) 2016 Extension in Program, merupakan acara yang diselenggarakan oleh Science and Technology Policy Institute (STEPI) dari Korea Selatan bekerjasama dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (RISTEKDIKTI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pertemuan yang berfokus pada status terkini dan kedepannya terhadap Sustainable Development Goal’s (SDG’s) yang berkaitan dengan Perubahan Iklim. Perubahan Iklim merupakan aspek penting yang mempengaruhi dari sebagian besar SDG’s dan secara langsung tertuang pada sasaran nomor 13: Mengambil langkah penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Dalam pertemuan tersebut bertujuan untuk mengeksplor tantangan yang dihadapi oleh anggota APEC, dan solusi yang dibutuhkan unttuk membangun resiliensi dan kemampuan adaptasi negara-negara anggota terhadap perubahan iklim. Acara yang diadakan selama dua hari tersebut pada 26 – 27 Juli 2016, dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu Crowne Plaza Hotel dan Green Business Center.

Pada kesempatan ini Kepala Laboratorium Data Laut dan Pesisir Dr.-Ing. Widodo Pranowo, sebagai salah satu anggota Delegasi Republik Indonesia (DELRI) mewakili KKP, dalam sesi I mengenai Teknologi dan Inovasi pada Sektor Bisnis di Indonesia, memaparkan mengenai status penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan dalam mengantisipasi perubahan iklim yang dilaksanakan di KKP. Pria yang pernah mengenyam pendidikan Doktoral di Jerman tersebut menjelaskan mengenai fokus riset perubahan iklim 2015 – 2019 di Indonesia, yang antara nya: Dampak perubahan iklim terhadap sector kelautan dan perikanan; Penelitian karbon laut dan pesisir di Indonesia; Riset pengaruh variabilitas laut – iklim terhadap perikanan di Indonesia; Sistem operasional laut dan iklim untuk aktivitas kelautan dan perikanan; Riset energi terbarukan dari laut dan pesisir. Sesi yang berfokus pada status terkini dan prospek kedepannya untuk SDG’s dan teknologi perubahan iklim di Indonesia. Sesi ini pula bertujuan untuk mendapatkan wawasan baru mengenai pengembangan dan inovasi bisnis di Indonesia yang dielaborasikan dengan perkembangan teknologi dalam menghadapi perubahan iklim.

Read More Berkesempatan Lagi Bicara Di Forum APEC: Perubahan Iklim

Selamat Mudik Lebaran 2016

KOMPAS Cetak, Minggu, 03 Juli 2016

Cuaca & Iklim

LA NINA TIBA, BERBAGAI SEKTOR WASPADA

Jakarta, KOMPAS – La Nina telah tiba dan diperkirakan memuncak September dan Oktober 2016. Selain berdampak kepada pertanian dan perikanan, anomali cuaca itu mempertinggi intensitas bencana cuaca dan iklim. Pemudik diharap berhati-hati akan potensi banjir dan longsor.

Read More Selamat Mudik Lebaran 2016

La Nina Datang Tuna Pun Melimpah

Majalah Sains Indonesia

Jakarta, Rubrik, 28 Juni 2016

“Fenomena La Nina memicu curah hujan tinggi dan gelombang setinggi 4-6 meter. Masuknya air hangat dari perairan Pasifik Barat ke perairan Nusantara, membawa serta populasi tuna maupun pelagis besar lainnya dalam jumlah banyak”.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut fenomena La Nina pada musim kemarau tahun ini, memicu curah hujan tinggi dan gelombang setinggi 4-6 meter. Namun, La Nina juga mendorong masuknya air hangat dari perairan Pasifik Barat ke perairan Nusantara, disertai migrasi ikan tuna maupun pelagis besar lainnya dalam jumlah banyak.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan para pengguna transportasi laut agar berhati-hati terhadap gelombang tinggi dan arus laut yang kuat di sejumlah perairan di Indonesia. Tahun ini diperkirakan ada 1,6 juta pemudik yang menggunakan angkutan laut. Masyarakat yang berwisata ke pantai juga diminta waspada terlebih fasilitas keamanan pantai masih minim.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Yunus S Swarinoto, mengatakan, tingginya gelombang merupakan efek terjadinya La Nina yang puncaknya pada Juli – September tahun ini. Suhu laut yang biasanya hangat menjadi lebih dingin. Pengaruh La Nina pada sistem gerak atmosfer global menyebabkan angin pasat timuran dan sirkulasi Monsoon menguat. Akibatnya akumulasi curah hujan di atas normal, terutama di bagian timur dan selatan Indonesia.

Ikan Tuna Melimpah

Kedatangan La Nina tak melulu membawa kabar buruk. Menurut peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir (P3SDLP), Widodo Pranowo, ada kabar baik karena produksi perikanan bisa meningkat.  Terjadi migrasi ikan tuna maupun ikan pelagis besar lainnya seperti cakalang dan madidihang dari perairan Pasifik Barat memasuki lautan Indonesia, terutama peraian Makassar dan Banda.

Read More La Nina Datang Tuna Pun Melimpah

Laut Diurug Sedimen Menumpuk

MAJALAH TEMPO 11-17 APRIL 2016
WWW.TEMPO.CO
ISSN: 0126-4273

LAPORAN UTAMA: REKLAMASI TELUK JAKARTA
Reporter: Amri Mahbub

Reklamasi akan membuat sirkulasi arus laut berkurang. Sedimen meningkat. Teluk Jakarta bisa menjadi comberan raksasa.

Perahu kayu milik Nuryadi, 47 tahun, melambat ketika mendekati Pulau G di Teluk Jakarta, Rabu pekan lalu. Dari kejauhan, daratan hasil reklamasi itu tampak seperti bukit pasir yang mengapung di permukaan laut. Di atasnya, lima mesin penggali hidrolik berwarna hijau muda sibuk menguruk.
Pulau buatan itu hanya berjarak sekitar tiga kilometer dari Kampung Nelayan Muara Angke, Jakarta Utara. Sejak pulau baru tumbuh, banyak nelayan mengeluh. “Cari rajungan dan ikan makin susah karena lautnya makin dangkal,” kata Nuryadi, nelayan sekaligus pemilik perahu yang Tempo tumpangi itu.
Karena terjadi pendangkalan, nelayan terpaksa melaut sejauh 30 kilometer ke Pulau Damar di Kabupaten Kepulauan Seribu. Itu pun tak ada jaminan nelayan bakal memperoleh ikan lebih banyak. Sedangkan risikonya hampir pasti: mesin kapal jadi cepat rusak lantaran kemasukan pasir yang terbawa arus.
Menurut Trisno, 22 tahun, anak buah Nuryadi, pendangkalan di dekat Pelabuhan Muara Angke mulai terasa dua tahun lalu. Kala itu, Pulau D, sekitar dua kilometer dari Pulau G, mulai dibangun. Trisno meyakini pendangkalan terjadi akibat pengurukan pasir di kedua pulau tersebut.

Widodo Setiyo Pranowo, peneliti senior dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan pindahnya habitat ikan akibat pendangkalan sudah diperkirakan jauh sebelum proyek reklamasi berjalan.
Read More Laut Diurug Sedimen Menumpuk